Mungkin kisah ini sering didengar, tapi
tidak apa diangkat lagi sebagai bahan perenungan.
Alkisah ada seorang bocah yang berperangai buruk, sangat nakal, selalu iri dan dengki bahkan tidak jarang tiap hari selalu membuat sakit hati teman2nya. Suatu saat bocah tersebut dipanggil oleh ayahnya dan dinasehati atas perbuatan-perbuatan buruknya, Lalu sang ayah memberikannya sebuah palu dan sebuah kantung berisi paku
Alkisah ada seorang bocah yang berperangai buruk, sangat nakal, selalu iri dan dengki bahkan tidak jarang tiap hari selalu membuat sakit hati teman2nya. Suatu saat bocah tersebut dipanggil oleh ayahnya dan dinasehati atas perbuatan-perbuatan buruknya, Lalu sang ayah memberikannya sebuah palu dan sebuah kantung berisi paku
“ Nak.. mulai hari ini tugasmu menancapkan paku ini di pintu
kamarmu setiap kamu berperangai buruk terhadap orang lain..”Satu paku untuk
satu perbuatan buruk…” lanjutnya lagi
Pada hari
itu didapatinya seratus paku yang dia tancapkan di pintu kamarnya, lalu dihari
kedua ada delapan puluhan paku yang dia tancapkan, dan semakin hari semakin
berkurang paku yang dia tancapkan, akhirnya dia merasa lelah juga harus
menancapkan paku di pintu kamarnya setiap dia melakukan hal buruk terhadap
orang lain.
Lalu dia
memutuskan bahwa mulai hari ini dia akan berusaha menjadi anak yang baik
sehingga dia tidak perlu lagi menancapkan paku-paku itu dipintu kamarnya.
Tibalah
suatu hari dimana dia sudah tidak perlu lagi menancapkan paku-paku itu, dengan
bangganya dia menemui ayahnya“ Ayah… ikut aku, lihatlah pintu kamarku itu,
sekarang aku sudah tidak perlu lagi menancapkan paku-paku ini ke pintu
kamarku..” sambil menyerahkan kantung yang berisi sisa paku. Lalu ayahnya
berkata, “ Sekarang tugas-mu adalah mencabut paku-paku yang tertancap dipintu
itu, setiap kamu berbuat baik pada orang lain…, satu paku untuk satu
kebaikan...”
Mulailah
pada hari itu si bocah mencabut paku tersebut setiap kali dia melakukan
kebaikan kepada orang lain, dan tibalah suatu hari sudah tidak ada lagi
paku-paku yang harus dicabutnya, lalu diapun menemui lagi ayahnya“ Ayah.. kini
sudah tidak ada lagi paku yang harus aku cabut di pintu kamarku itu..”Lalu
ayahnya mengajaknya untuk melihat pintu itu bersama-sama,
“ Anakku.. lihatlah pintu kamarmu…, walaupun sudah tidak berpaku, tapi masih meninggalkan lubang-lubang kecil bekas paku yang kau cabut..” Artinya walaupun kamu sudah minta maaf dan berbuat baik terhadap orang yang pernah kamu sakiti, dan mungkin orang tersebut menerima maaf-mu, tapi luka dihati sangat sulit untuk dihilangkan, layaknya lubang bekas tancapan paku dipintu kamarmu yang sudah tidak bisa pulih seperti sedia kala..” lanjut sang ayah
Hikmah dibalik kisah ini adalah agar kita selalu menjaga lisan dan perbuatan kita agar tidak menyakiti hati orang lain, ke istiqomahan dalam akhlaq yang mulia adalah salah satu hal yang utama dalam kehidupan kita, bukankah Rasulullah SAW diutus oleh Allah tak lain untuk menyempurnakan Akhlaq manusia.
“ Anakku.. lihatlah pintu kamarmu…, walaupun sudah tidak berpaku, tapi masih meninggalkan lubang-lubang kecil bekas paku yang kau cabut..” Artinya walaupun kamu sudah minta maaf dan berbuat baik terhadap orang yang pernah kamu sakiti, dan mungkin orang tersebut menerima maaf-mu, tapi luka dihati sangat sulit untuk dihilangkan, layaknya lubang bekas tancapan paku dipintu kamarmu yang sudah tidak bisa pulih seperti sedia kala..” lanjut sang ayah
Hikmah dibalik kisah ini adalah agar kita selalu menjaga lisan dan perbuatan kita agar tidak menyakiti hati orang lain, ke istiqomahan dalam akhlaq yang mulia adalah salah satu hal yang utama dalam kehidupan kita, bukankah Rasulullah SAW diutus oleh Allah tak lain untuk menyempurnakan Akhlaq manusia.
No comments:
Post a Comment