BAB I
PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling merupakan bentuk
pelayanan untuk memberikan bantuan kepada klien dalam menyelesaiakn masalah
yang sedang dihadapinya. Akan tetapi bisa juga konseling diberikan kepada orang
yang tidak sedang menghadapi masalah secara khusus, program konseling ini
biasanya bertujuan untuk mendorong seseorang sehingga ia dapat meningkatkan
kemampuan atau mungkin kreatifitasnya. Konseling tidak bisa dilaksanakan tanpa
adanya perencanaan dan persiapan yang matang, didalam konseling ada sebuah
proses atau tahap-tahap yang mesti dilalui sehingga klien bisa dipastikan bisa
mendapatkan manfaat dari konseling tersebut terhadap masalah yang sedang
dihadapinya.
Dalam bimbingan konseling disamping memberikan
asesmen kepada kliennya juga harus ada kelanjutan hubungan antara konselor dan klien, ini dimaksudkan
agar perkembangan klien bisa terpantau. Oleh karena bimbingan konseling bukan
hanya sekedar konsultasi yang hanya sekali datang saja cukup tanpa adanya
followup maka mutlak dalam bimbingan konseling dibutuhkan perencaan dan
persiapan yang matang, ahli yang profesional serta metode yang tepat.
Perlu diketahui pula bahwa bimbingan konseling
bukan hanya pemberian nasihat atau ajakan dan bimbingan dalam bentuk kata-kata
atau pesan-pesan tertentu. Secara komprehensif layanan bimbingan konseling
menyangkut semua hal-hal yang diperlukan individu atau kelompok yang bermanfaat
bagi perjalanan hidupnya secara keseluruhan. Sebagai seorang profesional
konselor dalam bimbingan konseling tidak hanya memberikan bantuan
masalah-masalah kejiwaan terhadap klien tapi bisa juga layanan keyakinan dan
agama, bimbingan belajar, bimbingan kerja, bimbingan rohani pasien dan lainnya.
Proses bimbingan-bimbingan tersebut merupakan sebuah layanan yang harus tertata
secara rapi, tidak bisa dilakukan secara asal-asalan, akan ada langkah-langkah
yang mesti dilalui. Oleh karenanya, dalam makalah ini akan di bahas tentang
gambaran umum mengenai proses dan langkah-langkah bimbingan konseling baik
secara individu maupun secara kelompok.
BAB II
PROSES DAN LANGKAH-LANGKAH BIMBINGAN KONSELING
A. PROSES DAN LANGKAH-LANGKAH BIMBINGAN KONSELING
INDIVIDU
Bimbingan konseling merupakan upaya yang sistematik dalam upaya membantu
individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang
efektif, dan meningkatkan nilai kemanfaatan individu dalam kehidupan sosialnya.
Perubahan tersebut merupakan proses perkembangan individu, yang merupakan
proses interaksi antara individu dengan lingkungannya secara sehat dan
produktif. Bimbingan konseling individu memiliki tanggungjawab yang penting
dalam pengembangan nilai-nilai tersebut. Kerangka kerja konseling individu dilandasi oleh prinsip dasar sebagai berikut :
1. Klien adalah individu yang
memiliki kemampuan untuk memilih tujuan, membuat keputusan, dan secara
umum mampu menerima tanggung jawab dari tingkah lakunya
2. Konseling berfokus pada saat
ini dan masa depan, tidak berfokus pada masa lalu
3. Wawancara merupakan alat
utama dalam keseluruhan kegiatan konseling
4. Tanggung jawab pengambilan
keuputusan berada pada klien
5.
Konseling memfokuskan pada perubahan
tingkah laku dan bukan hanya membantu klien menyadari masalahnya.[1]
Dalam konseling
individu hal yang perlu diperhatikan yaitu langkah-langkah memulai konseling.
Diantara langkah-langkah konseling Individu adalah;
1.
Pengantaran (introduction)
Mengantarkan klien memasuki kegiatan konseling dengan
segenap pengertian, tujuan, dan prinsip dasar yang menyertainya. Lakukan melalui kegiatan
penerimaan yang bersuasana hangat, permisif, tidak menyalahkan, penuh
pemahaman, dan penstrukturan yang jelas. Penstrukturan yaitu perlu adanya penjelasan diantaranya
tentang konseling, arah konseling, peran konselor dan klien.
2.
Penjajagan (insvestigation)
membuka dan memasuki hal-hal yang bersangkut
paut dengan permasalahan dan perkembangan klien. Sasarannya hal-hal yang
dikemukakan klien dan hal-hal lain perlu dipahami tentang diri klien. Seluruh
sasaran adalah berbagai hal yang selama ini terpendam, yang menghambat perkembangannya pada diri klien. Dan konselor harus bisa menciptakan rasa aman, memberikan kesempatan,
semangat serta aspirasi klien.[2]
3.
Penafsiran (interpretation)
Apa yang terungkap melalui panjajagan
merupakan berbagai hal yang perlu diartikan atau dimaknai keterkaitannya dengan
masalah klien.
4.
Pembinaan (intervention)
Dalam tahap ini disepakati strategi dan
intervensi yang dapat memudahkan terjadinya perubahan. Strategi disesuaikan dengan sifat masalah, gaya dan teori yang dianut
konselor, serta keinginan klien. Konselor dan klien mendiskusikan alternatif
pengentasan masalah dengan berbagai konsekuensinya, serta menetapkan rencana
tindakannya.[3]
5.
Penilaian (inspection)
penilaian dilaksanakan
pada setiap akhir sesi layanan diarahkan kepada
diperolehnya informasi dan pemahaman baru, dicapaianya keringanan beban
perasaan, dan direncanakannya kegiatan pasca konseling dalam rangka perwujudan
upaya pengentasan masalah klien.
Dan perlu diketahui bahwa dalam
langkah-langkah tersebut klien sengaja datang kepada konselor. Hal lain yang
perlu dilakukan konselor yaitu membuat laporan pelaksanaan konseling individu.
Banyak para ahli mengemukakan tahapan-tahapan dalam konseling yang tidak sama
akan tetapi secara garis besar memiliki kesamaan dalam tujuannya. Berikut
adalah langkah-langkah konseling lain yang tidak jauh beda dengan apa yang
telah dibahas sebelumnya.[4]
1. Identifikasi Masalah
2. Diagnosa
3. Prognosa
4. Assesment
5. Follow up
B. PROSES DAN LANGKAH-LANGKAH BIMBINGAN KONSELING
KELOMPOK
Dalam bimbingan konmseling kelompok sebaiknya satu tenaga konselor
profesional menangani kurang lebih 150 orang.[5]
Sementara konselor adalah tenaga profesional dari sarjana bimbingan konseling
atau psikologi yang dipersiapkan oleh lembaga untuk mencetak seorang konselor.[6] Bimbingan
konseling kelompok bisa dilakukan untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi sosial klien atau bimbingan yang diberikan bagi klien yang
mengalami kesulitan dalam melakukan kontak sosial dengan masyarakat. Maka
melalui bimbingan kelompok secara bertahap klien diberikan peluang untuk
berinteraksi dan bergaul dalam kelompoknya.[7] Langkah-langkah
bimbingan konseling kelompok yaitu.
1. Tahap Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan dan
penjajakan, dimana para peserta diharapkan dapat lebih terbuka
menyampaikan harapan keinginan dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh
masing-masing anggota. Penampilan pemimpin kelompok pada tahap ini hendaknya benar-benar
bisa meyakinkan anggota kelompok sebagai orang yang bisa dan bersedia membantu
anggota kelompok mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Tahap Peralihan
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam
langkah ini yaitu;
a.
Menjelaskan
kembali kegiatan kelompok
b.
Tanya jawab
tentang kesiapan anggota untuk kegiatan lebih lanjut
c.
Mengenali
suasana apabila angota secara keseluruhan/sebagian belum siap untuk memasuki
tahap berikutnya dan mengatasi suasana tersebut
d.
Memberi contoh topik
bahasan yang dikemukakan dan dibahas dalam kelompok
3. Tahap Kegiatan
a.
Pemimpin
kelompok mengemukakan topik bahasan yang telah dipersiapkan
b.
Menjelaskan
pentingnya topik tersebut dibahas dalam kelompok
c.
Tanya jawab
tentang topik yang dikemukakan pemimpin kelompok
d.
Pembahasan
topik tersebut secara tuntas
e.
Menegaskan
komitmen para anggota kelompok (apa yang segera dilakukan berkenaan dengan
topik yang telah dilakukan)
4. Tahap Pengakhiran
a.
Menjelaskan
bahwa kegiatan bimbingan kelompok akan diakhiri
b.
Anggota
kelompok mengemukakan kesan dan menilai kemajuan yang dicapai masing-masing
c.
Pembahasan
kegiatan lanjutan
d.
Pesan serta
tanggapan anggota kelompok
e.
Ucapan
terimakasih, Berdoa dan perpisahan
5. Evaluasi Kegitan
Penilaian terhadap kegiatan
konseling kelompok dapat dilakukan secara tertulis dimana para peserta diminta
mengungkapkan perasaannya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap berbagai
hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan kelompok (yang menyangkut isi
maupun proses) maupun kemungkinan keterlibatan mereka untuk kegiatan serupa
selanjutnya. Pada tahap ini
dilakukan tinjauan terhadap kualitas kegiatan kelompok dan hasil-hasilnya
melalui pengungkapan kesan-kesan peserta.
BAB III
PENUTUP
Seiring dengan perkembangan zaman maka
meningkat pula tuntutan kuantitas
dan kualitas hidup individu, permasalahan yang dihadapi manusia juga semakin kompleks. Permasalahan dimaksud
sering kali tidak cukup bahkan tidak mampu diatasi sendiri. Permasalahan tersebut juga tidak terselesaikan dengan tuntas hanya
dengan diberi pelayanan dalam bentuk informasi dan nasihat. Setiap individu memerlukan pelayanan yang secara sistematis mampu
membantu mengentaskan masalah yang dihadapinya sehingga ia mampu mengembangkan
dirinya ke arah peningkatan kualitas kehidupan yang efektif sehari-hari.
Oleh karena kompleksnya masalah tersebut maka
perlu adanya pelayanan konseling yang terstruktur seperti yang telah dijelaskan
diatas. Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa konselor sangat dibutuhkan
untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi setiap individu maupun
kelompok. Sehingga untuk menjawab tantangan tersebut kiranya para konselor
perlu menyiapkan diri dengan segala instrumennya, sehingga apa yang dibutuhkan
masyarakat dari konselor bisa dipenuhi dengan baik. Dengan demikian akan
tercipta sebuah kehidupan harmonis.
DAFTAR PUSTAKA
Mua’awanah, Elfi dan Hidayah, Rifa. Bimbingan
Konseling Islami, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Hikmawati, Fenti. Bimbingan Konseling,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.
Emwilda. Konseling Islam, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2009.
H. M. Umar dan Sartono. Bimbingan dan
Penyuluhan, Bandung: Pustaka Setia,1998.
M. Luthfi. Dasar-dasar Bimbingan dan
Penyuluhan (Konseling) Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2008.
Zainal Arifin, Isep. Bimbingan Penyuluhan
Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.
[1]Wahid Suharmawan, Langkah-langkah
Melakukan Konseling, artikel diakses tanggal 10 September 2012 pukul 15. 30 wib dari http://ml.scribd.com/doc/52361715/Langkah-Langkah-Melakukan-Konseling.
[5] Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islami di Sekolah
Dasar (Jakarta, Bumi Aksara, 2009), h. 99.
[7] M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam (Jakarta,
LP UIN Jakarta, 2008), h. 126.
No comments:
Post a Comment