BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling tinggi derajatnya
dibandingkan dengan mahluk Allah yang
lain. Karena manusia diberi kelebihan berupa akal dan fikiran agar dapat
membedakan antara yang baik dan yang buruk. Dengan
keistimewaannya tersebut diharapkan manusia dapat hidup bahagia di dunia dan
akhirat. Sesuai dengan tujuan penciptaannya, maka tinjauan tentang hakekat
manusia dengan berbagai dimensi kemanusiaannya, potensinya dan permasalahannya
menjadi titik tolak bagi pentingnya kegiatan bimbingan dan keagamaan bagi
manusia, di mana salah satu dari tujuan bimbingan dan keagamaan adalah untuk
memelihara dan mencapai kesehatan mental.
Jadi jelas, bahwa sasaran
bimbingan keagamaan adalah manusia dengan berbagai latar kehidupannya. Salah satu latar kehidupan manusia di masyarakat adalah rumah sakit
khususnya pasien rawat inap terutama
yang menderita penyakit kronis mengalami kecemasan, ketakutan, kesedihan bahkan putus
asa dalam menghadapi penyakit yang di deritanya.
Pada dasarnya manusia menginginkan dirinya sehat, baik jasmani maupun
rohani, Allah menurunkan Al-Qur’an yang di dalamnya ada petunjuk dalam
pengobatan terhadap penyakit yang menjangkit pada diri manusia baik fisik
maupun psikis, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-Isra: 82.
Artinya : Dan Kami
turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian.
Sebagian besar orang yang sedang sakit akan
mengalami timbulnya goncangan mental dan jiwanya karena penyakit yang
dideritanya. Pasien yang mengalami kondisi tersebut sangat memerlukan bantuan
spiritual yang dapat menimbulkan rasa
optimis dan selalu sabar dalam menghadapi cobaan dari Allah. Sebagaimana Allah telah memerintahkan manusia
untuk selalu sabar dalam menghadapi segala musibah yang menghadangnya, baik itu ujian, cobaan,
ataupun peringatan dari Allah. Karena jika dia sabar, maka Allah akan
menampakkan kebaikannya, dengan tujuan agar selanjutnya manusia bisa memahami kemaslahatan yang tersembunyi dibalik itu.[1] Hal ini juga dijelaskan dalam hadits riwayat
Bukhari dan Muslim
Artinya : Dari Abi
Hurairah dan Abu
Said, keduanya mendengarkan
Rasullah SAW, Tidak seorang mukmin
pun yang ditimpa suatu cobaan, derita, penyakit, kesedihan bahkan keraguan yang
datang menerpanya kecuali Allah hapuskan darinya semua kesalahannya.[2]
Namun
dalam kenyataannya sebagian
besar orang yang
menderita sakit tidak bisa menerima keadaannya. Dalam kondisi seperti
ini mereka menghadapi dilema di luar kemampuannya. Seperti, perasaan cemas, marah, tidak percaya
diri dan mudah putus asa, dengan kondisi semacam itu maka perlu adanya
bimbingan keagamaan bagi pasien di rumah sakit. Dengan tujuan agar pasien
mendapatkan keikhlasan, kesabaran dan ketenangan dalam menghadapi sakitnya.
BAB II
PROGRAM BIMBINGAN ROHANI PASIEN
A.
Definisi
Bimbingan Rohani Pasien
Bimbingan
rohani pasien disini yang dimaksud adalah bimbingan rohani Islam, yaitu
bimbingan yang menggunakan dasar-dasar keislaman. Bimbingan rohani islam
memempunyai beberapa definisi diantaranya adalah sebagai berikut:
- Bimbingan rohani Islam adalah pelayanan yang memberikan santunan rohani kepada pasien dan keluarganya dalam bentuk pemberian motivasi agar tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan, dengan memberikan tuntunan do’a, cara bersuci, shalat, dan amalan ibadah lainya yang dilakukan dalam keadaan sakit.[3]
- Bimbingan rohani Islam adalah suatu pelayanan bantuan yang diberikan perawat rohani Islam kepada pasien/orang yang membutuhkan yang sedang mengalami masalah dalam hidup keberagamaanya, ingin mengembangkan dimensi dan potensi keberagamaanya seoptimal mungkin, baik secara individu maupun kelompok, agar menjadi manusia yang mandiri dan dewasa dalam beragama, dalam bimbingan akidah, ibadah, akhlak dan muamalah, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan dan ketaqwaan yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadist.[4]
- Bimbingan rohani Islam adalah suatu usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriah maupun batiniah, yang menyangkut kehidupan di masa kini dan masa mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental dan spiritual, dengan maksud agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, melalui dari kekuatan iman dan takwa.[5]
- Bimbingan rohani Islam adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses bimbingan dan pembinaan rohani kepada pasien di rumah sakit, sebagai upaya menyempurnakan ikhtiar medis dengan ikhtiar spiritual. Dengan tujuan memberikan ketenangan dan kesejukan hati dengan dorongan dan motivasi untuk tetap bersabar, bertawakkal dan senantiasa menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah.[6]
Dari beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian bimbingan rohani Islam secara umum adalah suatu proses pemberian
bantuan kepada individu berdasarkan ajaran Islam agar individu mampu hidup
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat. Sedangkan pengertian
bimbingan rohani Islam di rumah sakit adalah salah satu bentuk pelayanan yang
diberikan kepada pasien untuk menuntun
pasien agar mendapatkan
keikhlasan, kesabaran dan ketenangan
dalam menghadapi sakitnya, dalam rangka mengembangkan potensi dan menyadari
kembali akan eksistensinya sebagai mahluk Allah SWT, agar dapat mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
B.
Dasar
Bimbingan Rohani Pasien
Bimbingan rohani Pasien dilakukan oleh manusia dan kepada manusia. Oleh karena
itu Al Qur’an dan Hadist
menganjurkan pada manusia agar
memberikan bimbingan dan nasehat dengan wajar. Kedua hal tersebut
merupakan sumber segala
sumber pedoman hidup
umat Islam, Al Qur’an dan
Sunnah Rassul dapat diistilahkan sebagai landasan ideal dan
konseptual bimbingan rohani Islam. Dari Al Qur’an dan
Sunnah Rassul itulah
gagasan, tujuan dan
konsep (pengertian makna hakiki)
bimbingan rohani Islam
bersumber. Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al Imran ayat 104 dan QS. Yunus
ayat 57:
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar,[7]
merekalah orang-orang yang beruntung. (QS Al Imran : 104)
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya telah
datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit
(yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman. (QS Yunus : 57)
Dari ayat-ayat tersebut dapat diketahui
bahwa kita diwajibkan menyeru atau mengingatkan kepada
kebaikan.
Dan itu
dapat kita lakukan melalui bimbingan rohani Islam atau bimbingan penyuluhan
Agama. Karena dengan
agama dapat
menuntun
kita kearah
jalan
kebenaran
sehingga kita akan meraih kebahagiaan
di
dunia dan di akhirat.
C.
Tujuan Bimbingan
Rohani Pasien
Tujuan dari pelaksanaan bimbingan rohani pasien diantaranya yaitu:
1.
Menyadarkan
penderita agar dia dapat memahami dan menerima cobaan yang sedang dideritanya. Ikut serta memecahkan dan meringankan problem
kejiwaan yang sedang dideritanya.
2.
Memberikan
pengertian dan bimbingan penderita dalam melaksanakan kewajiban keagamaan
harian yang harus
dikerjakan dalam batas kemampuannya.
3.
Perawatan dan pengobatan
dikerjakan dengan berpedoman tuntunan Islam, memberikan makan, minum obat dibiasakan diawali dengan “Bismillahirrahma- nirrahim” dan diakhiri dengan bacaan “Alhamdulillahirobbilalamin”.
4.
Menunjukkan
perilaku dan bicara yang baik sesuai dengan kode etik kedokteran dan tuntunan
agama.[8]
D.
Fungsi Bimbingan
Rohani Pasien
Adapun fungsi bimbingan rohani secara umum
adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Preventif: Yakni membantu individu
menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
2.
Fungsi Kuratif
atau Korektif: Yakni
membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau
dialaminya.
3.
Fungsi Presertatif:
Yakni membantu individu
menjaga agar situasi
dan kondisi yang
semula tidak baik
(mengandung masalah) menjadi
baik (terpecahkan)
dan kebaikan itu bertahan lama.
4.
Fungsi Developmental/Pengembangan:
Yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang
telah baik agar tetap baik atau
menjadi lebih baik sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab
munculnya masalah baginya.[9]
Disinilah
bimbingan rohani mempunyai peran yang konkrit dimana petugas bimbingan
rohani dapat melakukan
suatu pendekatan yang
tepat. Sehingga dalam proses
pelayanan bimbingan rohani seorang petugas rohani akan lebih memahami dan
tidak salah dalam menyikapi permasalahan yang dihadapi pasien. Akan tetapi sebaliknya jika bimbingan rohani
yang disampaikan tidak sesuai
dengan fungsinya, maka
proses pelayanan bimbingan
rohani tidak sesuai dengan
peranannya. Dimana dalam
penelitian ini peran
bimbingan rohani Islam lebih memfokuskan
kepada pasien dalam menghadapi musibah dari Allah SWT. Sehingga pasien
bisa merasa tenang dan tabah dalam menghadapi sakitnya serta selalu berikhtiar
kepada Allah SWT.
Dari penjelasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa
bimbingan rohani Islam mempunyai fungsi sebagai pencegahan, membantu dan
memecahkan masalah, membantu dan mengembangkan situasi dan kondisi yang
sedang dihadapi oleh
pasien. Dalam pelaksanaannya supaya bimbingan
sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan pasien, serta
melihat bagaimana kemampuan
yang berhubungan dengan apa yang diinginkan, yang semua
itu dapat diterapkan pada
bimbingan rohani di rumah
sakit. Selain hal
tersebut yang menjadi fungsi fundemental
bimbingan rohani adalah membantu individu dalam memecahkan
masalahnya sehingga tidak
memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baru baginya.
E.
Bentuk Layanan
Bimbingan Rohani Pasien
1.
Bimbingan Spiritual
Bimbingan spiritual adalah bimbingan dengan mengedepankan spirituallitas
agama seperti dzikir, doa dan sebagainya. Bimbingan ini dimaksudkan agar pasien
lebih mendekatkan diri kepada Allah. Termasuk didalamnya mengarahkan kepada
pasien yang dalam keadaan sakaratul maut untuk senantiasa mengingat kepada
Allah sehingga seandainya meninggal dalam keadaan khusnul khatimah.
2.
Bimbingan Psikologis
Bimbingan psikologis adalah bimbingan bimbingan yang ditujukan kepada
masalah psikologis pasien seperti untuk menghilangkan kecemasan, keputusasaan,
ketakutan dan masalah psikologis lainnya. Bimbingan ini tentunya menggunakan
pendekatan-pendekatan psikologis.
3.
Bimbingan Fiqih
Sakit
Bimbingan fiqih sakit adalah bimbingan yang menjelaskan kepada pasien tentang
tatacara ibadah orang sakit. Mulai dari bersuci sampai ibadahnya khususnya
shalat wajib. Kita tahu bahwa orang sakit tidak memiliki kemampuan seperti
orang yang sehat oleh karenanya agama islam memberikan ruhshoh atau keringanan
dalam beribadah bagi orang yang sakit. Sebagai contoh ketika seorang pasien
tidak bisa mengambil air wudhu atau memang tidak diperbolehkan terkena air
secara medis maka wudhu bisa diganti dengan tayamum. Demikian juga dengan
shalat ketika seseorang tidak bisa melaksanakannya dengan berdiri boleh dilaksanakan
dengan duduk, berbaring, bahkan dengan isyarat. Oleh karenanya bimbingan ini
sangat penting karena walaupun dalam keadaan sakit ibadah kepada Allah tetap
harus dijalankan.
F.
Waktu Layanan
Bimbingan Rohani Pasien
Pada dasarnya bimbingan
rohani pasien bisa dilakukan kapan saja, disaat pasien sedang rileks dan diluar
jadwal periksa dokter. Akan tetapi bimbingan rohani pasien akan lebih baik jika
dilaksanakan sejak pertama kali pasien
masuk rumah sakit
dan di ulangi hari
berikutnya selama pasien masih
dalam perawatan, sedangkan waktu pelaksanaan tidak mengikat akan tetapi perlu
ada jadwal yang jelas supaya mempermudah proses bimroh. Waktu yang ideal untuk
bimroh yaitu antara jam 9 sampai jam 11 siang.
BAB III
TEKNIK BIMBINGAN ROHANI PASIEN
Dalam pelaksanaanya petugas
bimbingan rohani harus berkoordinasi dengan pihak rumah sakit dan dokter yang
menangani pasien. Setelah berkoordinasi lantas petugas rohani berkeliling ke
tiap-tiap bangsal atau kamar pasien, yang mana seorang petugas bimroh
mengawalinya dengan mengenalkan diri kepada pasien dan keluarganya. Selanjutnya,
petugas rohani memulai bimbingan. Tapi sebelumnya, petugas rohani terlebih dulu
melakukan pendekatan dengan pasien dengan
mengetahui keadaan psikologis
pasien. syukur- syukur kalau
pasien lalu mencurahkan perasaan isi hatinya secara terbuka, artinya pasien mau
bercerita tentang kondisi yang di alaminya, sebab bisa saja pada saat baru
dating petugas bimroh bisa langsung
diusir oleh pasien. Itulah tujuannya seorang petugas bimroh
memperkenalkan diri sebelumnya.
Setiap pasien
yang dibimbing oleh petugas rohani diutamakan pasien yang divonis
dokter sudah tidak
bisa disembuhkan kecuali
kalau ada mu’jizat dari Sang
Kuasa (pasien terminal), pasien tender last care (TCL) dan pasien yang sedang sakarotul
maut. Do’a bisa memberikan ketenangan bagi orang yang sedang sakit, baik
dibaca sendiri maupun dibacakan oleh orang
lain. Semakin tenang
hati orang yang
sakit maka organ-organ tubuhnya akan mampu bekerja
dengan baik, termasuk dalam memproduksi zat-zat antibodi yang sangat berguna
untuk memerangi bibit penyakit yang ada dalam tubuh. Makin banyak zat antibodi
yang ada dalam tubuh maka semakin kuat dan dapat mempercepat kesembuhan pasien.
Adapun bimbingan yang diberikan oleh petugas rohani kepada pasien terminal atau
sakarotul maut adalah sebagai berikut:
1.
Pasien
dido’akan sambil ditekan jempol kaki kanannya
2.
Pasien
dituntun untuk mengucapkan kalimat Allah semampunya
3.
Pasien
dibacakan surat yasin sesering mungkin
Selain itu
bagi pasien yang masih dalam kondisi
normal artinya bisa diajak komunikasi
dengan baik maka, pemberian
bimbingan rohani dilakukan
dengan cara:
1.
Pasien dan
keluarganya diajak berdo’a bersama yang dibimbing oleh petugas rohani serta
pasien dan keluarganya dianjurkan untuk selalu sering berdo’a sendiri.
2.
Pasien diberi
pengertian agar dapat memahami segala cobaan dan ujian yang sedang dihadapinya
dengan sabar dan ikhlas.
3.
Pasien dan
keluarganya selalu diingatkan
agar selalu ingat
kepada Allah dan tidak meninggalkan ibadah seperti sholat dan membaca
Al- Qur’an.
4.
Pasien diberi
pengertian kalau penyakit
yang sedang dideritanya berasal dari Allah SWT dan Allah
pula yang akan menyembuhkannya.
5.
Pasien dan
keluarganya diberi pengertian dan dianjurkan untuk tidak berobat kepada
pengobatan yang dilarang
oleh agama seperti pengobatan kedukun, paranormal dan
lain sebagainya.
6.
Menumbuhkan sikap optimis kepada pasien bahwa penyakitnya
akan cepat sembuh.
7.
Pasien diarahkan
untuk tidak banyak
berfikir, terutama bagi
pasien yang ekonominya lemah diarahakan untuk tidak memikirkan biaya
pengobatan dulu. Serta bagi
pasien yang sakit
karena banyaknya masalah maka
dianjurkan untuk bisa
tidak memikirkan masalahnya dulu.
Cara pemberian layanan bimbingan diatas dengan tujuan agar pasien
maupun keluarganya dapat menyadari kembali akan eksistensinya sebagai mahluk
Allah SWT. Sedangkan pemberian bimbingan rohani bagi anak-anak, petugas rohani lebih banyak bercerita, memotivasi dan selalu
mengingatkan agar makan dan minum secara
teratur, tidak boleh jajan di sembarang tempat, jangan lupa minum obat, dan lainnya. Disamping itu
petugas rohani memberikan
bimbingan kepada keluarganya untuk tetap sabar dan selalu memotivasi
atau membesarkan hati sang anak.
BAB IV
PENUTUP
Suatu
penelitian di barat mengungkap bahwa penyebab sakit 70% adalah masalah
psikologis. Ini menunjukkan bahwa sakit fisik mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan psikologis penderita. Tidak terlalu penting untuk mengatakan bahwa
masalah psikologis menjadi penyebab rasa sakit atau sebaliknya sakit fisik yang
kemudian menyebabkan masalah psikologis, akan tetapi dalam pandangan kami
keduanya mempunyai kemungkinan yang sama. Seperti yang telah kami uraikan dalam
bagian-bagian sebelumnya sangat jelas bahwa bimbingan rohani pasien mutlak
dibituhkan oleh pasien. Dengan demikian maka suatu Rumah Sakit sudah semestinya
memiliki petugas khusus bimbingan rohani pasien. Bimbingan rohani pasien akan
sangat membantu dokter dalam melakukan pengobatan medis. Jadi dalam upaya
memberikan layanan pengobatan kepada pasien bisa dilakukan dari dua sisi yaitu
secara medis oleh dokter dan sisi rohani atau psikologis oleh seorang petugas
Bimroh.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qarni, Aidh., La-Tahzan (Terjemah Samson Rahman), Jakarta: Qitsi perss, 2004.
Bukhori, Baedi., Upaya
Optimalisasi Sistem Pelayanan Kerohanian bagi Pasien Rawat Inap, Semarang: Walisongo, 2005.
Jaya, Yahya., Spiritualisasi Islam, Jakarta: Ruhama, 1994.
Arifin, H.M., Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Golden Tayaran Press, 1982.
Samsudin, Salim., Bimbingan Rohani Pasien Upaya Mensinergisitaskan
Layanan Medis
dan
Spiritual
di Rumah
Sakit,
Semarang:
2005.
Pratikna,
Ahmad Watikan
dan Sofro, Abdussalam., Islam Etika Dan
Kesehatan, Jakarta: CV Rajawali, 1996.
Faqih, Aenurrohim., Bimbingan Konseling Dalam Islam, Yogyakarta: UII Perss, 2001.
Musfir bin Said Az zahrani, Konseling Terapi, Jakarta: Gema Insani, 2005.
[3] Baedi Bukhori, Upaya Optimalisasi
Sistem Pelayanan Kerohanian bagi Pasien Rawat Inap, Semarang: Walisongo, 2005.
Hlm. 19.
[5] H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Golden Tayaran Press, 1982. Hlm. 2.
[6] Salim. Samsudin,. Bimbingan Rohani Pasien Upaya Mensinergisitaskan
Layanan Medis
dan
Spiritual
di Rumah
Sakit, Semarang: 2005. Hlm. 1.
[7] Ma'ruf: segala
perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala
perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
[8] Ahmad Watikan Pratikna dan Abdussalam Sofro, Islam Etika Dan Kesehatan, Jakarta: CV Rajawali, 1996. Hlm. 260-261.
No comments:
Post a Comment