Untuk Respon Lebih Cepat Mengenai Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Artikel Di Maktabah Udiatama Silahkan Kirim Pesan Ke udy_hariyanto@yahoo.com

BIMBINGAN ROHANI PASIEN

BAB I
PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling tinggi derajatnya dibandingkan   dengan mahluk Allah yang lain. Karena manusia diberi kelebihan berupa akal dan fikiran agar dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk. Dengan keistimewaannya tersebut diharapkan manusia dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Sesuai dengan tujuan penciptaannya, maka tinjauan tentang hakekat manusia dengan berbagai dimensi kemanusiaannya, potensinya dan permasalahannya menjadi titik tolak bagi pentingnya kegiatan bimbingan dan keagamaan bagi manusia, di mana salah satu dari tujuan bimbingan dan keagamaan adalah untuk memelihara dan mencapai kesehatan mental.  Jadi  jelas, bahwa sasaran bimbingan keagamaan adalah manusia dengan berbagai latar kehidupannya. Salah satu latar kehidupan manusia di masyarakat adalah rumah sakit khususnya pasien rawat inap terutama  yang menderita penyakit kronis mengalami   kecemasan, ketakutan, kesedihan bahkan putus asa dalam menghadapi penyakit yang di deritanya.
Pada dasarnya manusia menginginkan dirinya sehat, baik jasmani maupun rohani, Allah menurunkan Al-Qur’an yang di dalamnya ada petunjuk dalam pengobatan terhadap penyakit yang menjangkit pada diri manusia baik fisik maupun psikis, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Al-Isra: 82.
Artinya : Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
Sebagian besar orang yang sedang sakit akan mengalami timbulnya goncangan mental dan jiwanya karena penyakit yang dideritanya. Pasien yang mengalami kondisi tersebut sangat memerlukan bantuan spiritual yang dapat menimbulkan  rasa optimis  dan selalu sabar dalam menghadapi cobaan dari Allah. Sebagaimana Allah telah memerintahkan manusia untuk selalu sabar dalam menghadapi segala musibah yang  menghadangnya, baik itu ujian, cobaan, ataupun peringatan dari Allah. Karena jika dia sabar, maka Allah akan menampakkan kebaikannya, dengan tujuan agar selanjutnya manusia bisa memahami kemaslahatan yang tersembunyi dibalik itu.[1] Hal ini juga dijelaskan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim
Artinya : Dari Abi Hurairah  dan  Abu  Said,  keduanya  mendengarkan  Rasullah  SAW, Tidak seorang mukmin pun yang ditimpa suatu cobaan, derita, penyakit, kesedihan bahkan keraguan yang datang menerpanya kecuali Allah hapuskan darinya semua kesalahannya.[2]
Namun  dalam  kenyataannya  sebagian  besar  orang  yang  menderita sakit tidak bisa menerima keadaannya. Dalam kondisi seperti ini mereka menghadapi dilema di luar kemampuannya.  Seperti, perasaan cemas, marah, tidak percaya diri dan mudah putus asa, dengan kondisi semacam itu maka perlu adanya bimbingan keagamaan bagi pasien di rumah sakit. Dengan tujuan agar pasien mendapatkan keikhlasan, kesabaran dan ketenangan dalam menghadapi sakitnya.
  
BAB II
 PROGRAM BIMBINGAN ROHANI PASIEN

A.      Definisi Bimbingan Rohani Pasien
Bimbingan rohani pasien disini yang dimaksud adalah bimbingan rohani Islam, yaitu bimbingan yang menggunakan dasar-dasar keislaman. Bimbingan rohani islam memempunyai beberapa definisi diantaranya adalah sebagai berikut:

  1.     Bimbingan  rohani  Islam  adalah  pelayanan  yang  memberikan  santunan rohani kepada pasien dan keluarganya dalam bentuk pemberian motivasi agar tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan, dengan memberikan tuntunan  do’a, cara  bersuci,  shalat,  dan  amalan  ibadah lainya  yang dilakukan dalam keadaan sakit.[3]
  2.    Bimbingan  rohani Islam adalah suatu pelayanan bantuan yang diberikan perawat  rohani  Islam  kepada  pasien/orang yang  membutuhkan yang sedang mengalami masalah dalam  hidup keberagamaanya, ingin mengembangkan dimensi dan potensi keberagamaanya seoptimal mungkin, baik secara individu maupun kelompok, agar menjadi manusia yang mandiri dan dewasa dalam beragama,  dalam  bimbingan  akidah, ibadah, akhlak dan muamalah, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan dan ketaqwaan yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadist.[4]
  3.    Bimbingan rohani Islam adalah suatu usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik lahiriah maupun batiniah, yang menyangkut   kehidupan di masa kini dan masa mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan   di  bidang mental dan spiritual, dengan maksud agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, melalui dari kekuatan iman dan takwa.[5]
  4.     Bimbingan rohani Islam adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses bimbingan dan pembinaan rohani kepada pasien di rumah sakit, sebagai upaya  menyempurnakan  ikhtiar  medis  dengan  ikhtiar  spiritual. Dengan tujuan memberikan ketenangan dan kesejukan hati dengan dorongan dan motivasi  untuk  tetap bersabar, bertawakkal dan senantiasa menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah.[6]
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan  bahwa pengertian bimbingan rohani Islam secara umum adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu berdasarkan ajaran Islam agar individu mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan  pengertian bimbingan rohani Islam di rumah sakit adalah salah satu bentuk pelayanan yang diberikan kepada pasien untuk menuntun  pasien  agar  mendapatkan  keikhlasan,  kesabaran dan ketenangan dalam menghadapi sakitnya, dalam rangka mengembangkan potensi dan menyadari kembali akan eksistensinya sebagai mahluk Allah SWT, agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

B.       Dasar Bimbingan Rohani Pasien
Bimbingan rohani Pasien dilakukan oleh manusia dan kepada manusia.  Oleh karena  itu Al Qur’an dan Hadist  menganjurkan  pada manusia agar memberikan bimbingan dan nasehat dengan wajar. Kedua hal  tersebut  merupakan  sumber  segala  sumber  pedoman  hidup  umat Islam, Al Qur’an  dan  Sunnah  Rassul  dapat diistilahkan sebagai landasan ideal dan konseptual bimbingan rohani Islam. Dari Al Qur’an dan  Sunnah  Rassul  itulah  gagasan,  tujuan  dan  konsep  (pengertian makna  hakiki)  bimbingan  rohani  Islam  bersumber.  Hal  ini  sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al Imran ayat 104 dan QS. Yunus ayat 57:

Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,[7] merekalah orang-orang yang beruntung. (QS Al Imran : 104)

Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS Yunus : 57)
Dari ayat-ayat  tersebut  dapat diketahui  bahwa kita diwajibkan menyeru  atau  mengingatkan   kepada  kebaikan.  Dan  itu  dapat  kita lakukan melalui bimbingan rohani Islam atau bimbingan penyuluhan Agama. Karena dengan agama dapat menuntun  kita  kearah  jalan kebenaran  sehingga  kita  akan  meraih  kebahagiaan  di  dunia  dan  di akhirat.

C.       Tujuan Bimbingan Rohani Pasien
Tujuan dari pelaksanaan bimbingan rohani pasien diantaranya yaitu:
1.    Menyadarkan penderita agar dia dapat memahami dan menerima cobaan yang sedang dideritanya. Ikut serta memecahkan dan meringankan problem kejiwaan yang sedang dideritanya.
2.    Memberikan pengertian dan bimbingan penderita dalam melaksanakan kewajiban   keagamaan   harian   yang   harus   dikerjakan   dalam   batas kemampuannya.
3.    Perawatan dan pengobatan dikerjakan dengan berpedoman tuntunan Islam, memberikan makan, minum obat dibiasakan diawali dengan “Bismillahirrahma- nirrahim” dan diakhiri dengan bacaan “Alhamdulillahirobbilalamin”.
4.    Menunjukkan perilaku dan bicara yang baik sesuai dengan kode etik kedokteran dan tuntunan agama.[8]

D.      Fungsi Bimbingan Rohani Pasien
Adapun fungsi bimbingan rohani secara umum adalah sebagai berikut:
1.      Fungsi Preventif: Yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
2.      Fungsi  Kuratif  atau  Korektif:  Yakni  membantu  individu  memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
3.      Fungsi  Presertatif:  Yakni  membantu  individu  menjaga  agar  situasi  dan kondisi  yang  semula  tidak  baik  (mengandung  masalah)  menjadi  baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.
4.      Fungsi Developmental/Pengembangan: Yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap  baik  atau  menjadi lebih baik sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.[9]
Disinilah bimbingan rohani mempunyai peran yang konkrit dimana petugas bimbingan  rohani  dapat  melakukan  suatu  pendekatan  yang  tepat.  Sehingga dalam proses pelayanan bimbingan rohani seorang petugas rohani akan lebih memahami  dan  tidak salah dalam menyikapi permasalahan yang dihadapi pasien. Akan tetapi sebaliknya jika bimbingan rohani yang disampaikan tidak sesuai  dengan  fungsinya,  maka  proses  pelayanan  bimbingan  rohani  tidak sesuai  dengan  peranannya.  Dimana  dalam  penelitian  ini  peran  bimbingan rohani Islam lebih memfokuskan  kepada pasien dalam menghadapi musibah dari Allah SWT. Sehingga pasien bisa merasa tenang dan tabah dalam menghadapi sakitnya serta selalu berikhtiar kepada Allah SWT.
Dari  penjelasan  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  bimbingan rohani Islam mempunyai fungsi sebagai pencegahan, membantu dan memecahkan masalah, membantu dan mengembangkan situasi dan kondisi  yang  sedang  dihadapi  oleh  pasien.  Dalam  pelaksanaannya supaya  bimbingan  sesuai  dengan  pertumbuhan  dan  perkembangan pasien,   serta   melihat   bagaimana   kemampuan   yang   berhubungan dengan  apa yang diinginkan,  yang semua  itu dapat diterapkan  pada bimbingan  rohani  di rumah  sakit.  Selain  hal  tersebut  yang  menjadi fungsi  fundemental   bimbingan rohani adalah membantu individu dalam memecahkan masalahnya   sehingga  tidak  memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baru baginya.

E.       Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien
1.      Bimbingan Spiritual
Bimbingan spiritual adalah bimbingan dengan mengedepankan spirituallitas agama seperti dzikir, doa dan sebagainya. Bimbingan ini dimaksudkan agar pasien lebih mendekatkan diri kepada Allah. Termasuk didalamnya mengarahkan kepada pasien yang dalam keadaan sakaratul maut untuk senantiasa mengingat kepada Allah sehingga seandainya meninggal dalam keadaan khusnul khatimah.
2.      Bimbingan Psikologis
Bimbingan psikologis adalah bimbingan bimbingan yang ditujukan kepada masalah psikologis pasien seperti untuk menghilangkan kecemasan, keputusasaan, ketakutan dan masalah psikologis lainnya. Bimbingan ini tentunya menggunakan pendekatan-pendekatan psikologis.
3.      Bimbingan Fiqih Sakit
Bimbingan fiqih sakit adalah bimbingan yang menjelaskan kepada pasien tentang tatacara ibadah orang sakit. Mulai dari bersuci sampai ibadahnya khususnya shalat wajib. Kita tahu bahwa orang sakit tidak memiliki kemampuan seperti orang yang sehat oleh karenanya agama islam memberikan ruhshoh atau keringanan dalam beribadah bagi orang yang sakit. Sebagai contoh ketika seorang pasien tidak bisa mengambil air wudhu atau memang tidak diperbolehkan terkena air secara medis maka wudhu bisa diganti dengan tayamum. Demikian juga dengan shalat ketika seseorang tidak bisa melaksanakannya dengan berdiri boleh dilaksanakan dengan duduk, berbaring, bahkan dengan isyarat. Oleh karenanya bimbingan ini sangat penting karena walaupun dalam keadaan sakit ibadah kepada Allah tetap harus dijalankan.

F.        Waktu Layanan Bimbingan Rohani Pasien
Pada dasarnya bimbingan rohani pasien bisa dilakukan kapan saja, disaat pasien sedang rileks dan diluar jadwal periksa dokter. Akan tetapi bimbingan rohani pasien akan lebih baik jika dilaksanakan sejak pertama kali pasien  masuk  rumah  sakit  dan di  ulangi  hari  berikutnya  selama pasien masih dalam perawatan, sedangkan waktu pelaksanaan tidak mengikat akan tetapi perlu ada jadwal yang jelas supaya mempermudah proses bimroh. Waktu yang ideal untuk bimroh yaitu antara jam 9 sampai jam 11 siang.
  
BAB III
TEKNIK BIMBINGAN ROHANI PASIEN

Dalam  pelaksanaanya petugas bimbingan rohani harus berkoordinasi dengan pihak rumah sakit dan dokter yang menangani pasien. Setelah berkoordinasi lantas petugas rohani berkeliling ke tiap-tiap bangsal atau kamar pasien, yang mana seorang petugas bimroh mengawalinya dengan mengenalkan diri kepada pasien dan keluarganya. Selanjutnya, petugas rohani memulai bimbingan. Tapi sebelumnya, petugas rohani terlebih dulu melakukan pendekatan dengan  pasien  dengan  mengetahui  keadaan  psikologis  pasien.  syukur- syukur kalau pasien lalu mencurahkan perasaan isi hatinya secara terbuka, artinya pasien mau bercerita tentang kondisi yang di alaminya, sebab bisa saja pada saat baru dating petugas bimroh bisa langsung  diusir oleh pasien. Itulah tujuannya seorang petugas bimroh memperkenalkan diri sebelumnya.
Setiap pasien yang dibimbing oleh petugas rohani diutamakan pasien yang  divonis  dokter  sudah  tidak  bisa  disembuhkan  kecuali  kalau  ada mu’jizat dari Sang Kuasa (pasien terminal), pasien tender last care (TCL) dan pasien yang sedang  sakarotul  maut. Do’a bisa memberikan ketenangan bagi orang yang sedang sakit, baik dibaca sendiri maupun dibacakan oleh orang  lain.  Semakin  tenang  hati  orang  yang  sakit  maka  organ-organ tubuhnya akan mampu bekerja dengan baik, termasuk dalam memproduksi zat-zat antibodi yang sangat berguna untuk memerangi bibit penyakit yang ada dalam tubuh. Makin banyak zat antibodi yang ada dalam tubuh maka semakin kuat dan dapat mempercepat kesembuhan pasien. Adapun bimbingan yang diberikan oleh petugas rohani kepada pasien terminal atau sakarotul maut adalah sebagai berikut:
1.        Pasien dido’akan sambil ditekan jempol kaki kanannya
2.        Pasien dituntun untuk mengucapkan kalimat Allah semampunya
3.        Pasien dibacakan surat yasin sesering mungkin
Selain itu bagi pasien  yang masih dalam kondisi normal artinya bisa diajak komunikasi  dengan baik maka, pemberian  bimbingan  rohani dilakukan dengan  cara:
1.        Pasien dan keluarganya diajak berdo’a bersama yang dibimbing oleh petugas rohani serta pasien dan keluarganya  dianjurkan  untuk selalu sering berdo’a sendiri.
2.        Pasien diberi pengertian agar dapat memahami segala cobaan dan ujian yang sedang dihadapinya dengan sabar dan ikhlas.
3.        Pasien  dan  keluarganya  selalu  diingatkan  agar  selalu  ingat  kepada Allah dan tidak meninggalkan ibadah seperti sholat dan membaca Al- Qur’an.
4.        Pasien  diberi  pengertian   kalau  penyakit  yang  sedang  dideritanya berasal dari Allah SWT dan Allah pula yang akan menyembuhkannya.
5.        Pasien dan keluarganya diberi pengertian dan dianjurkan untuk tidak berobat   kepada   pengobatan   yang   dilarang   oleh   agama   seperti pengobatan kedukun, paranormal dan lain sebagainya.
6.        Menumbuhkan  sikap optimis kepada pasien bahwa penyakitnya akan cepat sembuh.
7.        Pasien  diarahkan  untuk  tidak  banyak  berfikir,  terutama  bagi  pasien yang ekonominya lemah diarahakan untuk tidak memikirkan biaya pengobatan  dulu.  Serta  bagi  pasien  yang  sakit  karena  banyaknya masalah  maka  dianjurkan  untuk  bisa  tidak  memikirkan  masalahnya dulu.
Cara pemberian layanan bimbingan diatas dengan tujuan agar pasien maupun keluarganya dapat menyadari kembali akan eksistensinya sebagai mahluk Allah SWT. Sedangkan pemberian bimbingan rohani bagi anak-anak, petugas rohani lebih banyak bercerita, memotivasi dan selalu mengingatkan  agar makan dan minum  secara teratur, tidak boleh jajan di sembarang tempat, jangan lupa minum obat, dan lainnyaDisamping itu  petugas  rohani  memberikan  bimbingan kepada keluarganya untuk tetap sabar dan selalu memotivasi atau membesarkan hati sang anak.
BAB IV
PENUTUP

Suatu penelitian di barat mengungkap bahwa penyebab sakit 70% adalah masalah psikologis. Ini menunjukkan bahwa sakit fisik mempunyai hubungan yang sangat erat dengan psikologis penderita. Tidak terlalu penting untuk mengatakan bahwa masalah psikologis menjadi penyebab rasa sakit atau sebaliknya sakit fisik yang kemudian menyebabkan masalah psikologis, akan tetapi dalam pandangan kami keduanya mempunyai kemungkinan yang sama. Seperti yang telah kami uraikan dalam bagian-bagian sebelumnya sangat jelas bahwa bimbingan rohani pasien mutlak dibituhkan oleh pasien. Dengan demikian maka suatu Rumah Sakit sudah semestinya memiliki petugas khusus bimbingan rohani pasien. Bimbingan rohani pasien akan sangat membantu dokter dalam melakukan pengobatan medis. Jadi dalam upaya memberikan layanan pengobatan kepada pasien bisa dilakukan dari dua sisi yaitu secara medis oleh dokter dan sisi rohani atau psikologis oleh seorang petugas Bimroh.
  
DAFTAR PUSTAKA

Al Qarni, Aidh., La-Tahzan (Terjemah Samson Rahman), Jakarta: Qitsi perss, 2004.
Bukhori, Baedi., Upaya Optimalisasi Sistem Pelayanan Kerohanian bagi Pasien Rawat Inap, Semarang: Walisongo, 2005.  
Jaya, Yahya., Spiritualisasi Islam, Jakarta: Ruhama, 1994.
Arifin, H.M., Pedoman Pelaksanaan  Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Golden Tayaran Press, 1982.
Samsudin, Salim., Bimbingan Rohani Pasien Upaya Mensinergisitaskan Layanan  Medis dan  Spiritual  di  Rumah  Sakit,  Semarang: 2005.
Pratikna, Ahmad Watikan   da Sofro, Abdussalam.,  Islam  Etika  Dan  Kesehatan, Jakarta: CV Rajawali, 1996.
Faqih, Aenurrohim., Bimbingan Konseling Dalam Islam, YogyakartaUII Perss, 2001.
Musfir bin Said Az zahrani, Konseling Terapi, Jakarta: Gema Insani, 2005.





[1] Aidh Al Qarni, La-Tahzan (Terjemah Samson Rahman), Jakarta: Qitsi perss, 2004. Hlm. 345.
[2] Musfir bin Said Az zahrani, Konseling Terapi, Jakarta: Gema Insani, 2005. Hlm. 461.
[3] Baedi Bukhori, Upaya Optimalisasi Sistem Pelayanan Kerohanian bagi Pasien Rawat Inap, Semarang: Walisongo, 2005.  Hlm. 19.
[4] Yahya Jaya, Spiritualisasi Islam, Jakarta: Ruhama, 1994. Hlm. 6.
[5] H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan  Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Golden Tayaran Press, 1982. Hlm. 2.
[6] Salim. Samsudin,. Bimbingan Rohani Pasien Upaya Mensinergisitaskan Layanan  Medis dan  Spiritual  di  Rumah  Sakit,  Semarang: 2005. Hlm. 1.
[7] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
[8] Ahmad Watikan Pratikna   da Abdussalam Sofro,  Islam  Etika  Dan  Kesehatan, Jakarta: CV Rajawali, 1996. Hlm. 260-261.
[9] Aenurrohim Faqih, Bimbingan Konseling Dalam Islam, YogyakartaUII Perss, 2001. Hlm. 37

No comments:

Post a Comment