BAB I
PENDAHULUAN
Kehidupan
modern dewasa ini telah tampil dalam dua wajah yang antagonistik. Di satu sisi
modernisme telah berhasil mewujudkan kemajuan yang spektakuler, khususnya dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain, ia telah menampilkan wajah
kemanusiaan yang buram berupa kemanusiaan modern sebagai kesengsaraan rohaniah.
Modernitas telah menyeret manusia pada kegersangan spiritual. Ekses ini
merupakan konsekuensi logis dari paradigma modernisme yang terlalu bersifat
materialistik dan mekanistik, dan unsur nilai-nilai normatif yang telah
terabaikan. Hingga melahirkan problem-problem kejiwaan yang variatif.
Kesehatan
mental dalam kehidupan manusia merupakan masalah yang amat penting karena
menyangkut soal kualitas dan kebahagian manusia. Tanpa kesehatan yang baik
orang tidak akan mungkin mendapatkan kebahagian dan kualitas sumber daya
manusia yang tinggi.[1]
Kenapa hal itu bisa terjadi? karena kesehatan mental tersebut menyangkut
segala aspek kehidupan yang menyelimuti manusia mulai dari kehidupan pribadi,
keluarga, sosial, politik, agama serta sampai pada bidang pekerjaaan dan
profesi hidup manusia. Kehidupan mewah dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak akan menjamin kebahagian manusia. Hal itu karena yang bisa
menjamin kebahagian manusia tersebut adalah kejiwaan, kesehatan dan
keberagamaan yang dimiliki manusia. Tiga faktor tersebut sangat sejalan sekali
dalam mencapai kebahagian hidup manusia didunia dan akhirat, karena kebahagian
yang harus dicapai itu tidak hanya kebahagian didunia melainkan juga kebahagian
diakhirat kelak.
Banyak
teori yang dikemukan oleh ahli jiwa tentang kesehatan mental, misalnya teori
psikoanalisis, behavioris dan humamisme. Sungguhpun demikian teori tersebut
memiliki batasan-batasan dan tidak menyentuh seluruh dimensi (aspek) dan
aktivitas kehidupan manusia sebagai makhluk multidimensional dan
multipotensial. Manusia sebagai makhluk multidimensional setidak-tidaknya
memiliki dimensi jasmani, rohani, agama, akhlak, sosial, akal, dan seni
(estetika).[2]
BAB II.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan
Mental
Di
bawah ini ada beberapa pengertian kesehatan mental yaitu:[3]
1.
Kesehatan mental adalah
terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa(neurose) dan dari
gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
2.
Kesehatan mental adalah
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan
masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.
3.
Kesehatan mental adalah
pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan
segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga
membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari
gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
4.
Kesehatan mental adalah
terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta
mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan
merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
5.
Didalam buku Yahya Jaya
menjelaskan bahwa kesehatan mental menurut islam yaitu, identik dengan ibadah
atau pengembangan potensi diri yang dimiliki manusia dalam rangka pengabdian
kepada Allah dan agama-Nya untuk
mendapatkan jiwa yang tenang dan bahagia dengan
kesempurnaan iman dalam hidupnya.[4]
Menurut Zakiah Daradjat, kesehatan
mental ialah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi
kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan
lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk
mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat. Dengan rumusan
lain kesehatan mental ialah suatu ilmu yang berpautan dengan kesejahteraan dan
kebahagiaan manusia, yang mencakup semua bidang hubungan manusia, baik hubungan
dengan diri sendiri, maupun hubungan dengan orang lain, hubungan dengan alam
dan lingkungan, serta hubungan dengan Tuhan.[5]
Orang yang sehat jiwanya memiliki
karakter utama sebagai berikut.[6]
1.
Sikap kepribadian yang
baik terhadap diri sendiri dalam arti dapat mengenal diri sendiri dengan baik.
2.
Pertumbuhan,
perkembangan, dan perwujudan diri yang baik.
3.
Integrasi diri yang
meliputi keseimbangan mental, kesatuan pandangan dan tahan terhadap tekanan-tekanan
yang terjadi.
4.
Otonomi diri yang
mencakup unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan-kelakuan bebas.
5.
Persepsi mengenai
realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan, serta memiliki empati dan kepekaan
sosial.
6.
Kemampuan untuk
menguasai lingkungan dan berintegrasi dengannya secara baik.
B. Pandangan
Islam Terhadap Kesehatan Mental
Islam sebagai suatu agama yang
bertujuan untuk membahagiakan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
sudah barang tentu dalam ajaran-ajaranya memiliki konsep kesehatan mental.
Begitu juga dengan kerasulan Nabi Muhammad SAW adalah bertujuan untuk mendidik
dan memperbaiki dan membersihkan serta mensucikan jiwa dan akhlak.
Pandangan islam terhadap kesehatan
mental antara lain dapat dilihat dari peranan islam itu sendiri bagi kehidupan
manusia, yang dapat dikemukakan sebagai berikut.[7]
- Agama islam memberikan tugas dan tujuan bagi kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
- Ajaran islam memberikan bantuan kejiwaan kepada manusia dalam menghadapi cobaan dan mengatasi kehidupan hidupnya, seperti dengan cara shalat dan sabar.
- Ajaran islam membantu orang dalam menumbuhkan dan membina pribadinya, yakni melalui penghayatan nilai-nilai ketakwaan dan keteladanan yang diberikan Nabi Muhammad saw.
- Agama islam memberikan tuntunan kepada akal agar benar dalam berpikir dengan melalui bimbingan wahyu (kitab suci Al-Quran).
- Ajaran islam beserta seluruh petunjuk yang ada di dalamnya merupakan obat (syifa) bagi jiwa atau penyembuh segala penyakit hati yang terdapat dalam diri manusia (rohani).
- Ajaran islam memberikan tuntunan bagi manusia dalam mengadakan hubungan yang baik, baik hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan orang lain, maupun hubungan dengan alam dan lingkungan.
- Agama islam berperan dalam mendorong orang untuk berbuat baik dan taat, serta mencegahnya dari perbuatan jahat dan maksiat.
- Agama islam dapat memenuhi kebuttuhan psikis manusia.
BAB III. KESIMPULAN
Kesehatan
mental dalam kehidupan manusia merupakan masalah yang amat penting karena
menyangkut soal kualitas dan kebahagian manusia. Tanpa kesehatan yang baik
orang tidak akan mungkin mendapatkan kebahagian dan kualitas sumber daya
manusia yang tinggi.
Hal
itu karena yang bisa menjamin kebahagian manusia tersebut adalah kejiwaan,
kesehatan dan keberagamaan yang dimiliki manusia. Tiga faktor tersebut sangat
sejalan sekali dalam mencapai kebahagian hidup manusia didunia dan akhirat,
karena kebahagian yang harus dicapai itu tidak hanya kebahagian didunia
melainkan juga kebahagian diakhirat kelak.
Islam
memiliki konsep tersendiri dan khas tentang kesehatan mental. Pandangan islam
tentang kesehatan jiwa berdasarkan atas prinsip keagamaan dan pemikiran
falsafat yang terdapat dalam ajaran-ajaran islam. Berdasarkan pemikiran diatas
maka setidak-tidaknya ada enam prinsip keagamaan dan pemikiran filsafat yang
mendasari konsep dan pemahaman islam tentang kesehatan jiwa. dapat
ditegaskan bahwa iman dan takwa memiliki relevansi yang sangat erat sekali
dengan soal kejiwaan. Iman dan takwa itulah arti psikologi dan kesehatan mental
yang sesungguhnya bagi manusia dalam Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Darajat, Zakiyah,
Kesehatan Mental, CV. Haji
Managung, Jakarta, 1990 Cet. 16
Jaelani,
A.F, ,Penyucian Jiwa & Kesehatan Mental,Amzah,Jakarta,2000,Cet. Pertama
No comments:
Post a Comment